Manajemen Kepala Sekolah Dalam Pembinaan Karakter Religius Siswa di SMP IT Baitul Ihsan Al-Hanafiah Samalanga
Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku siswa yang berhubungan dengan tuhan yang maha esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Karakter akan terbentuk dengan baik apabila memperoleh penguatan yang tepat yaitu melalui pendidikan. Rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimana manajemen kepala sekolah dalam pembinaan karakter religius siswa di SMP IT Baitul Ihsan Al-Hanafiah Samalanga dan apa saja kendala kepala sekolah dalam pembinaan karakter religius siswa di SMP IT Baitul Ihsan Al-Hanafiah Samalanga. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan pendekatan fenomenologis, sedangkan sifat yaitu deskriptif. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa manajemen kepala sekolah dalam pembinaan karakter religius siswa di SMP IT Baitul Ihsan Al-Hanafiah Samalanga yaitu berfokus pada penerapan nilai-nilai Islam dalam seluruh aspek pendidikan. Melalui visi dan misi yang kuat, integrasi pendidikan agama dalam kurikulum, serta pembinaan guru, sekolah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan karakter religius siswa. Kegiatan ekstrakurikuler berbasis keagamaan dan keterlibatan orang tua serta masyarakat turut memperkuat pembinaan ini. Evaluasi berkala juga dilakukan untuk memastikan program berjalan efektif dan berkelanjutan. Kendala kepala sekolah dalam pembinaan karakter religius siswa di SMP IT Baitul Ihsan Al-Hanafiah Samalanga yaitu dari aspek sumber daya manusia, terdapat ketidaksesuaian kompetensi guru dalam mengajarkan nilai-nilai religius serta kurangnya keteladanan dalam mencerminkan sikap keagamaan. Sementara itu, siswa sendiri masih memiliki kesadaran religius yang rendah, ditambah dengan pengaruh negatif dari lingkungan sosial dan teknologi. Keterbatasan fasilitas juga menjadi hambatan, terutama dalam menyediakan ruang dan sarana pendukung untuk kegiatan keagamaan. Selain itu, peran orang tua yang kurang aktif dalam mendukung pendidikan religius anak serta perbedaan pemahaman keagamaan antara sekolah dan keluarga turut menjadi tantangan. Lingkungan sekitar yang dipengaruhi budaya populer serta dampak globalisasi semakin memperumit upaya sekolah dalam menanamkan nilai-nilai religius kepada siswa.
edit_page
 
        					    Untuk membaca file lengkap dari naskah ini, Silahkan Login. 
    					    
